Langsung ke konten utama

Makalah Knowledge Management


PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN REASURANSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah : Knowledge Management

Disusun oleh :
Hendro Setiadi Wiguna
0805526




JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, atas ijin dan kehendak Allah swt. Kita telah Allah ciptakan dalam wujud manusia yang memiliki kelebihan dibanding  makhluk lainnya, selain itu kitapun bersukur karena kita terlahir kedunia dijaman setelah kerosulan Nabi Muhammad SAW, sehingga kita memeluk agama yang selamat yaitu Islam, lalu kitapun harus bersyukur bahwa  Allah telah menanamkan keimanan dalam dada kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang bersyukur serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. Amin
Salawat  dan salam semoga selamanya senantiasa tercurah limpahkan kepada panutan kita semua, Nabiyulloh Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umat pada umumnya semoga kita senantiasa semangat untuk memperjuangkan jejak langkahnya untuk menegakan hukum Allah di dunia ini. Dan kelak diakhirat mendapatkan safa’at darinya, amin.
Saya berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca khususnya bagi para  insan pembelajar.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian dalam rangka perbaikan penulisan makalah berikutnya.  


Bandung, Juni 2011

Hendro Setiadi Wiguna

DAFTAR ISI



 


DAFTAR GAMBAR



BAB I

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Kemampuan sebuah perusahaan dalam kedua hal tadi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Saat sebuah perusahaan mencoba mengembangkan skala ekonominya, maka dibutuhkan tingkat pengetahuan yang sangat luas pada setiap personil yang ada untuk dapat berkompetisi dan bertahan. Untuk memudahkan pengembangan sumber daya manusia perusahaan diperlukan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan knowledge yang dimiliki.
Pengelolaan knowledge (Knowledge Management) tersebut pada akhirnya dapat menjadi dukungan yang handal bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing.
Pengelolaan knowledge (Knowledge Management) pada perusahaan reasuransi sangat perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas dan keberhasilan perusahaan. Knowledge yang perlu dikelola ini selain knowledge yang ada dalam setiap perusahaan pada umumnya, seperti kepegawaian dan keuangan, juga knowledge tentang reasuransi yang menjadi core business perusahaan.

 

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi adanya Knowledge Management pada perusahaan agar dapat membentuk sistem Knowledge Management perusahaan dalam perannya meningkatkan kapasitas reasuransi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan teoritis Knowledge

Knowledge dalam hal ini tidak diterjemahkan, karena pengertian knowledge itu sendiri masih diperdebatkan. Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence knowledge didefinisikan sebagai berikut: "Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontektual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi. Di perusahaan knowledge sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma perusahaan." [DAVE 1998].
Berdasarkan definisi tersebut diatas, knowledge menjadi sangat penting dengan alasan sebagai berikut:
a. Knowledge adalah aset institusi, yang menentukan jenis tenaga kerja, informasi, ketrampilan dan struktur organisasi yang diperlukan.
b.  Pengetahuan dan pengalaman perusahaan merupakan sumber daya yang
berkelanjutan (sustainable resources) dari keuntungan daya saing kompetitif (competitive advantages) dibandingkan dengan produk andalan dan teknologi tercanggih yang dimiliki.
c.  Pengetahuan dan pengalaman mampu menciptakan, mengkomunikasikan
dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai semua hal terkait untuk mencapai tujuan bisnis.
Knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu Explicit knowledge dan Tacit Knowledge, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:


a. Explicit Knowledge
Adalah sesuatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Knowledge jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis. Explicit knowledge juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses, metoda, cara, pola bisnis dan pengalaman desain dari suatu produksi.

b. Tacit Knowledge
Adalah knowledge dari para pakar, baik individu maupun masyarakat, serta pengalaman mereka. Tacit knowledge bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik serta petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam jenis tacit knowledge.


2.2. Menentukan knowledge apa yang dibutuhkan oleh perusahaan

Perusahaan dapat menggunakan kerangka berpikir Zack sebagai alat bantu dalam usaha untuk mengetahui knowledge apa yang harus dimiliki dan yang sudah dimiliki. Kerangka berpikir Zack digambarkan sebagai berikut [TIWA 2000]:

Gambar II 1 Diagram analisis kesenjangan strategic knowledge berbasis

framework tingkat tinggi Zack [TIWA 2000]
Gambar diagram diatas memperlihatkan bahwa analisis kesenjangan knowledge pada dasarnya merupakan kegiatan yang sulit sekali dipisahkan dari kegiatan penyusunan strategi perusahaan.
Kegiatan pengkajian posisi saat ini dari knowledge perusahaan memerlukan suatu pendokumentasian aset knowledge yang ada. (Langkah keempat dari 10-langkah roadmap Knowledge Management). Namun untuk analisis ini knowledge dapat diklasifikasikan dalam 3 kerangka: Core knowledge, advanced knowledge dan innovative knowledge [TIWA 2000].
a. Core knowledge
Merupakan knowledge yang dibutuhkan untuk melaksanakan bisnis perusahaan. Pada dasarnya tidak menghasilkan suatu yang membedakan perusahaan dengan kompetitor.
b.  Advanced knowledge
Merupakan knowledge yang membuat suatu perusahaan mungkin untuk bersaing (competitively viable), dimana knowledge ini memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan sesuatu yang membedakan dengan kompetitor.
c. Innovative knowledge
Merupakan knowledge yang memungkinkan perusahaan untuk memimpin industrinya dan yang membedakannya dengan kompetitor. Menurut Michael Zack Innovative knowledge dapat memungkinkan sebuah perusahaan untuk merubah aturan main bisnis.
Sedangkan komponen teknologi untuk meningkatkan nilai tambah suatu
organisasi adalah:
a. Fasilitas fisik – technoware
b. Kemampuan manusia – humanware
c. Fakta terdokumentasi – infoware
     d. Kerangka kerja organisasi – orgaware

2.3. Pengertian Knowledge Management

Knowledge Management adalah usaha untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam organisasi, diantaranya membiasakan budaya berkomunikasi antar personil, memberikan kesempatan untuk belajar, dan menggalakan saling berbagi knowledge. Dimana usaha ini akan menciptakan dan mempertahankan peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Hal ini disarikan dari pendapat McInerney sebagai berikut:
Knowledge Management (KM) is an effort to increase useful knowledge within the organization. Ways to do this include encouraging communication, offering opportunities to learn, and promoting the sharing of appropriate knowledge artifacts.”Error! Reference source not found.[MCIN 2002]
Pemicu Knowledge Management (The 24 Drivers of KM) yang membuat KM menjadi hal yang tidak dapat diabaikan dalam suatu bisnis dibagi menjadi 6 kelompok Error! Reference source not found.[TIWA 2000]:
a. Knowledge-Centric Drivers:
1. Kegagalan perusahaan mengetahui apa yang telah mereka ketahui.
2. Kebutuhan mendesak untuk distribusi knowledge yang cerdas.
3. Kecepatan dan kelambanan knowledge.
4. Masalah knowledge walkout dan tingkat ketergantungan yang tinggi
pada tacit knowledge.
5. Kebutuhan untuk menangani kecenderungan penumpukan knowledge
(knowledge-hoarding) diantara pegawai.
6. Kebutuhan akan systemic unlearning (belajar meninggalkan hal-hal
lama/usang bila sudah tidak sesuai dengan kebutuhan).
b. Technology Drivers:
7. Berakhirnya peranan teknologi sebagai differentiator jangka panjang
yang layak.
8. Kompresi dari siklus hidup produk dan proses.
9. Kebutuhan akan rantai penghubung yang sempurna antara knowledge,
strategi bisnis dan teknologi informasi.
c. Organisational structure-based Drivers:
10. Konvergensi fungsional.
11. Munculnya struktur organisasi project-centric.
12. Tantangan yang muncul akibat deregulasi.
13. Ketidak mampuan perusahaan untuk mengimbangi perubahan
kompetitif akibat globalisasi.
14. Konvergensi produkung dan jasa layanan.
d. Personnel Drivers:
15. Konvergensi fungsional yang sangat luas.
16. Kebutuhan untuk mendukung kolaborasi cross-functional yang efektif.
17. Mobilitas dan fluidititas tim.
18. Kebutuhan untuk menghadapi ekspektasi korporasi yang kompleks.
e. Process focused Drivers:
19. Kebutuhan untuk mencegah kesalahan yang mahal dan berulang-ulang.
20. Kebutuhan untuk mencegah penemuan kembali yang tidak perlu.
21. Kebutuhan untuk antisipasi prediksi yang akurat.
22. Kebutuhan yang muncul akan tanggapan yang kompetitif.
f. Economic Drivers:
23. Potensi untuk menciptakan kemampuan yang luar biasa melalui knowledge.
24. Permintaan untuk diferensiasi produk dan layanan yang ampuh.
Knowledge Management memiliki fungsi penting yang terbagi dalam 4 (empat) hal sebagai berikut [DAVI 2003]:
a.    Identifikasi aset kunci dari knowledge yang ada di perusahaan.
b.    Merefleksikan apa yang organisasi tahu.
c.     Saling berbagi (sharing) segala knowledge kepada siapapun yang
membutuhkannya.
d. Menerapkan penggunaan knowledge untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Komponen kritis knowledge yang dibutuhkan dalam pelaksanaan strategi KM
yang berhasil adalah sebagai berikut [DAVI 2003]:
a.    Sumber dan aliran knowledge yang tepat bagi organisasi.
b.    Teknologi yang tepat untuk menyimpan dan mengkomunikasikan
knowledge tersebut.
c. Budaya kerja yang tepat sehingga pekerja termotivasi untuk memanfaatkan knowledge tersebut.


2.4. Transfer Knowledge

Kecenderungan yang muncul dalam perusahaan adalah bahwa kegiatan berbagi knowledge yang terjadi bersifat lokal dan terpisah. Umumnya seseorang akan bertanya pada pihak yang paling mudah ditemui atau yang sudah dikenal baik daripada mencari pihak yang paling tepat. Maka dibutuhkan pembentukan hal-hal berikut untuk memperbaiki kegiatan saling berbagi dan transfer knowledge:
1. Knowledge map, memetakan dimana knowledge berada dalam perusahaan, rincian tentang siapa mengetahui apa dan berada dimana.
2.    Talk space, menyediakan tempat yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pegawai untuk berbicara dengan yang lain dalam
suasana informal.
3.    Smart office layout, merancang ruang kerja yang dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan yang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
4.    Dedicated Knowledge-Sharing event, mengadakan kegiatan “knowledge fair” atau forum untuk saling berbagi knowledge. Memberikan kesempatan bagi pegawai yang tidak pernah bertemu dalam kegiatan kerja sehari-hari untuk saling bertukar. Dalam hal ini struktur yang tidak terlalu ketat paling baik dalam konteks knowledge sharing, sehingga peserta dapat menentukan cara masing-masing dalam memenuhi kebutuhannya.
5.    Common languange. Faktor utama keberhasilan kegiatan transfer knowledge adalah memiliki “bahasa umum” dalam berkomunikasi dengan seluruh pegawai dalam suatu perusahaan. Kegiatan ini dimulai dengan membentuk daftar kata dan perbendaharaannya, kemudian diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti bersama.
6.    Knowledge leader, menentukan pihak yang dapat menggunakan sumber daya, menguasai logika dari knowledge-sharing, memonitor partisipasi pegawai dan menjadi contoh dari sikap saling berbagi.
7.    A change in culture. Menciptakan budaya dimana pegawai sangat ingin membagi knowledge yang mereka miliki. Hal ini merupakan tantangan mengingat sifat dasar dari saling berbagi adalah suka rela. Cara termudah adalah dengan menghilangkan penghalang dari kegiatan penyebaran knowledge.
8.         Room for tension, disebut juga fusion, creative abrasion atau creative tension. Menyatukan pegawai dari bagian yang berbeda untuk bersama-sama penyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini dibutuhkan karena pembelajaran dan solusi inovatif kerap terjadi saat seseorang dikondisikan untuk meluaskan pemikiran mereka dalam cara yang baru.

2.5. Pembentukan Knowledge Management

Model pembelajaran yang disebut “life’s special treadmill” digambarkan oleh Charles Handy berdasarkan ide sebuah roda. Dimana sekumpulan pertanyaan begitu terjawab dan direfleksikan akan memicu pertanyaan yang lain. Pembelajaran adalah usaha penemuan (discovery) dan usaha ini hanya berhasil bila dilakukan pencarian. Kunci dari pembelajaran ini adalah rasa ingin tahu (curiosity), disinilah peran penting dari knowledge sharing [DAVI 2003].
Gambar II 2 Handy's Learning Wheel [DAVI 2003]
Pembentukan budaya Knowledge Management yang efektif tergantung pada hal-hal berikut [DAVI 2003]:
a. Mengakui peran dari struktur “informal” pada pembelajaran di tempat kerja.
b. Pemberian penghargaan (reward) bagi pegawai yang melakukan pembelajaran, saling berbagi knowledge atau penciptaan knowledge.
c. Membentuk waktu dan tempat untuk menciptakan knowledge, berbagi knowledge, dan belajar.
d. Memiliki pegawai senior yang memimpin dan menjadi contoh dari tingkah laku knowledge creating dan knowledge sharing.
e.  Mengenalkan sejumlah tekanan yang bersifat kreatif (creative tension) untuk memberikan tantangan bagi pegawai untuk berfikir dalam cara-cara yang baru.
f.   Memperbolehkan seseorang membuat kesalahan.
Model yang digambarkan diatas digunakan untuk membagi proses Knowledge Management menjadi empat fase sebagai berikut:
1. Identify where the key knowledge exists in your organisation.
Mengidentifikasi apa yang telah diketahui untuk memulai Knowledge Management. Ini termasuk knowledge yang ada pada
1. Pikiran/benak setiap pegawai
2. Laporan dalam pustaka perusahaan
3. Kumpulan data dalam organisasi
4. Suplier maupun pelanggan perusahaan
2. Reflect on what your organisation knows.
Membuat simpanan/persediaan dari knowledge yang sudah dimiliki. Kegiatan ini memberikan kesempatan untuk:
a. Mengubah tacit knowledge pegawai menjadi explicit knowledge
b. Menyimpulkan knowledge yang sudah ada ke dalam bentuk yang mudah untuk dibagikan
3. Share that knowledge with whoever needs to know it.
Membuat sistem yang bertujuan membuat knowledge yang ada dimanapun dalam organisasi tersedia kemanapun knowledge tersebut dibutuhkan.
4. Apply that knowledge to improve the way your organisation performs.
Saat suatu knowledge menawarkan perbaikan kinerja organisasi maka organisasi akan menerapkannya dan menciptakan sistem yang menyertakan knowledge tersebut kedalam prosedur kerja sehari-hari. Hal ini pada akhirnya akan merubah knowledge menjadi modal struktural.

Gambar II 3 Fase proses Knowledge Management [DAVI 2003]
Keempat fase tersebut dikenal sebagai pendekatan I-R-S-A (I-R-S-A approach), merefleksikan sebuah urutan logik bagaimana sebuah organisasi dapat mengembangkan strategi KM perusahaan. Urutan logik ini menekankan bahwa sebuah fase baru dapat dimulai setelah fase sebelumnya tercapai.
Gambar II 4 Diagram siklus penerapan I-R-S-A approach [DAVI 2003]

Pada gambar berikut ditunjukkan hubungan antara strategi perusahaan, strategi pengetahuan dan pengelolaan knowledge (KM). Strategi generik yang dikenal untuk strategi pengetahuan adalah codification strategy dan personalization strategy. Kedua strategi generik tersebut biasanya didetilkan menjadi empat strategi pengetahuan yaitu:
a. Intellectual Asset Management Strategy
b. Personal Knowledge Asset Responsibility Strategy
c. Knowledge Creation Strategy
d. Knowledge Transfer Strategy      
Gambar II 5 Hubungan antara strategi perusahaan, strategi knowledge dan KM
Merujuk pada gambar diatas maka untuk menyusun suatu strategi bisnis perlu didukung dengan :
a. Analisis terhadap kondisi lingkungan bisnis
b. Menentukan faktor-faktor kunci sukses
c. Menterjemahkan strategi perusahaan dalam rencana kegiatan ke depan
d. Melakukan identifikasi knowledge yang sudah dimiliki
e. Mengkaji posisi knowledge perusahaan melalui dokumentasi yang ada.

2.6. Implikasi pada Sumber Daya Manusia di Perusahaan

Langkah yang dilakukan setelah perusahaan mengidentifikasikan knowledge yang telah dimiliki, serta yang harus diakusisi, adalah analisis terhadap infrastruktur information communication technology atau ICT dan kondisi sumber daya manusia.
Permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan akuisisi adalah :
a. Berbagi/ menularkan (sharing) knowledge.
b. Pemanfaatan (utilization) knowledge
Beberapa hal yang sering muncul dalam masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Akuisisi :
1. Perusahaan tidak memiliki kebijakan yang efektif untuk mendukung akusisi knowledge.
2. Daya serap karyawan rendah, sehingga kegiatan akusisi tidak efektif.
b. Berbagi (sharing) :
1. Karyawan enggan atau tidak memiliki cukup waktu untuk berbagi knowledge.
2. Perusahaan tidak memiliki kebijakan serta praktek saling berbagi
knowledge.
c. Pemanfaatan
1. Karyawan lebih senang menjalani hal-hal yang biasa dilakukan (rutin),
enggan menerapkan knowledge baru.
2. Perusahaan tidak memiliki kebijakan serta praktek yang mendukung
pemanfaatan kowledge baru.

2.7. Reasuransi

Beberapa istilah yang terdapat pada bisnis reasuransi:
Reinsurance (Reasuransi): Aktifitas dimana pihak yang disebut Reasuradur (Reinsurer) menanggung risiko berdasarkan jumlah premi yang disetujui dari pihak kedua yang disebut Asuradur (Reinsured). Asuradur dapat merupakan perusahaan asuransi pada umumnya, atau direct writing company, atau perusahaan Ceding.

Reinsurance: The practice whereby one party called the Reinsurer in consideration of a premium paid to him agrees to indemnify another party, called the Reinsured, for part or all of the liability assumed by the latter party under a policy or policies of insurance which it has issued. The reinsured may be referred to as the Original or Primary Insurer, or Direct Writing Company, or the Ceding Company.” [CAPT 2005]
Direct writing company (Direct Writer and Direct Insurer). Perusahaan asuransi yang menjual seluruh coverage langsung ke customer.
Direct writing company: An insurer that sells coverage directly to consumers. Also known as direct writer and direct insurer”. [WOOD 2005]
Ceding company: Dalam traksaksi reasuransi, merupakan perusahaan asuransi yang membeli reasuransi untuk menanggung risiko yang tidak ingin ditanggung sendiri.

Ceding company: In a reinsurance transaction, the insurance company that
purchases reinsurance to cover all or part of those risks that the insurer does
not wish to retain in full. Contrast with reinsurer.” [WOOD 2005]

Reinsurer (Reasuradur) : pihak yang menanggung risiko dari puhak lainnya
berdasarkan suatu perjanjian.

Reinsurer : An insurer or reinsurer assuming the risk of another under contract.” [WOOD 2005]

Facultative :Reasuransi atas risiko individual dengan menawarkan dan menerima dimana perusahaan reasuransi menyerahkan pada ”faculty” untuk
menolak ataupun menerima

“Facultative : Facultative reinsurance means reinsurance of individual risks by
offer and acceptance wherein the reinsurer retains the “faculty” to accept or
reject each risk offered.” [CAPT 2005]

Treaty : Perjanjian reasuransi yang bersifat obligasi antara perusahan ceding dengan Reasuradur

Treaty : A general reinsurance agreement which is obligatory between the
ceding company and the reinsurer containing the contractual terms applying to the reinsurance of some class or classes of business, in contrast to a reinsurance agreement covering an individual risk.” [CAPT 2005]

2.8. Tinjauan Organisasi

PT. Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional RE) didirikan tanggal 22 Agustus 1994, sesuai dengan Akte No. 129 dan 130 yang dibuat oleh Sutjipto, SH Notaris di Jakarta. Ijin operasi diperoleh melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 27/KMK.17/1995 tanggal 9 Januari 1995.

2.8.1. Tujuan Perusahaan

Tujuan dan kegiatan usaha perusahaan sebagaimana dinyatakan dalam akte pendiriannya, adalah sebagai berikut :
a. Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang reasuransi dalam arti seluas-luasnya.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, perseroan menyelenggarakan segala macam usaha reasuransi.
c. Perseroan dapat pula menjalankan usaha-usaha yang sama dengan bidang usaha perseroan tersebut pada butir a dan b di atas, secara bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan atau badan-badan lain sepanjang usaha-usaha tersebut tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.

2.8.2. Visi dan Misi Perusahaan

Nasional RE dalam menjalankan bisnis perusahaan memutuskan untuk memperbaharui visi dan misinya sejak tahun 2005 sebagai berikut:
a. Misi: Berperan aktif dalam meningkatkan kapasitas reasuransi nasional.
b. Visi:     Menjadi perusahaan yang tangguh, terpercaya dan terus tumbuh.

2.8.3. Program kerja Rencana Jangka Panjang 2001-2005

a. Bidang Perencanaan dan Pengembangan
1) Mengembangkan sistem informasi yang dapat segera memberi masukan kepada pihak manajemen sebagai respon atas setiap perubahan ekonomi makro.
2) Melaksanakan penelitian untuk mencari, mengembangkan dan menyempurnakan sistem dan prosedur pertanggungan reasuransi
b. Bidang Teknologi Informasi
Melakukan sosialisasi kepada user dengan melakukan “transfer of knowledge” mengenai teknologi informasi untuk meminimalkan “human error” dan meningkatkan kesadaran user terhadap perkembangan dan pemanfaatan Teknologi Informasi.
c. Bidang Pengawasan
Meningkatkan koordinasi dan pembinaan unit-unit kerja melalui komunikasi dua arah Sedangkan untuk Divisi Underwriting Facultative perusahaan mencanangkan program kerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebagai berikut:
1)   Mengikutsertakan SDM dalam kegiatan seminar, workshop dan
berbagai program pendidikan asuransi
2)   Melakukan kaderisasi melalui sharing knowledge antar personal dalam satu unit kerja dan atau antar unit kerja secara berkesinambungan.

2.8.4. Analisis Perusahaan

Faktor penentu keberhasilan (key success factor) merupakan faktor yang mutlak dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor penentu keberhasilan PT Reasuransi Nasional Indonesia [REAS 2004]:
1. Customer Satisfaction
Seluruh strategi dan kebijakan perusahaan pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan dalam segala bentuk pelayanan terutama kecepatan dalam melakukan pembayaran klaim akan membentuk corporate image yang baik bagi perusahaan.
2. Solvency
Bagi perusahaan asuransi/reasuransi solvency merupakan syarat mutlak dalam melakukan usaha, karena tanpa tingkat solvency yang memadai perusahaan akan sulit menjalankan kegiatan operasionalnya.
3. Efficiency
Perusahaan harus selalu menjaga tingkat efisiensi yang wajar bagi seluruh kegiatannya, karena hanya dengan tingkat efisiensi yang tinggi perusahaan dapat terus berkembang dan mencapai sasaran yang ditetapkan secara efektif.
4. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja yang handal dan berkompetensi harus dimiliki sebanyak mungkin oleh perusahaan, hal ini sangat pernting, karena keberadaannya akan sangat menunjang pencapaian sasaran perusahaan.

Tabel II-1 : Penjabaran hasil analisa penentu keberhasilan perusahaan berkaitan dengan Knowledge Management

Komponen
Tujuan
Fokus
Informasi dan Knowledge
Input bagi KM. Sumber dan aliran knowledge
1. Ilmu asuransi yang terbagi dalam 28 cabang (12 induk cabang)
2. Knowledge dalam melakukan analisa (underwriting)
Teknologi
Mekanisme untuk penyimpanan dan komunikasi dari knowledge
Memiliki web server dengan basis data MySQL dan memiliki infrastruktur pendukung
Budaya
Struktur yang memotivasi staff untuk berbagi knowledge, dan untuk mengintegrasikan knowledge yang ada dengan pekerjaan mereka
1. Motivasi staff untuk saling membagi sudah cukup tinggi dalam batasan antar anggota satu tim
2. Ada beberapa kecenderungan enggan berbagi karena alasan persaingan, dan rasa tidak aman

2.8.5. SWOT Perusahaan

SWOT perusahaan diambil berdasarkan identifikasi oleh pihak perusahaan terhadap setiap aspek lingkungan usaha, dimana dapat dilihat butir-butir peluang dan ancaman sebagai berikut:
1) Peluang
a.  Pertumbuhan ekonomi semakin baik.
b. Potensi dan pertumbuhan pasar asuransi termasuk asuransi dengan Sistem Syariah cukup besar.
c.  Dukungan Peraturan Perundang-undangan di bidang Asuransi, Otonomi Daerah, Jasa Konstruksi, dan Peraturan Perundangan lain.
d.  Meningkatnya kesadaran masyarakat akan Proteksi Asuransi.
2) Ancaman
a.  Kemungkinan merger/likuidasi beberapa perusahaan asuransi.
b.  Berkurangnya bisnis dari beberapa perusahaan asuransi yang
          memiliki Bargaining Power.
c.  Dampak AFTA dan APEC yang menimbulkan persaingan yang ketat.
d. Proteksi retro yang sulit dan mahal.
e. Kecenderungan adanya perang tarip dan persaingan yang tidak sehat.
Pada sisi kekuatan dan kelemahan, pihak perusahaan melakukan analisis kondisi internal dengan kesimpulan sebagai berikut:
1) Kekuatan:
a. Likuiditas dan solvabilitas perusahaan masih baik
b. Team work yang solid dan memiliki integritas dan loyalitas
c. Dukungan teknologi informasi yang memadai
d. Corporate image masih baik
2) Kelemahan:
a. Adanya SDM yang kontra produktif
b. Pemasaran belum optimal
c. Manajemen Risiko atas Kelas-kelas bisnis tertentu masih lemah
d. Pengawasan dan pengendalian internal belum optimal











BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemetaan SWOT perusahaan, penerapan KM di Nasional RE dapat dilaksanakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Langkah selanjutnya dengan mempertimbangkan dukungan infrastruktur teknologi informasi yang ada, dan dokumentasi dari prosedur dan perangkat pendukung kerja, dapat disimpulkan bahwa penerapan KM berbasis web dapat dilaksanakan. Namun perlu pula dilakukan hal-hal pendukung agar penerapan KM ini dapat berjalan optimal. Penerapan ini nantinya dapat mendukung jalannya perusahaan dalam usahanya untuk tetap tangguh dan selalu tumbuh.
Sistem Knowledge Management berbasis web dapat diterapkan di Nasional RE. Hal ini tampak dari dukungan infrastruktur teknologi informasi yang ada. Budaya sharing knowledge dari pegawai dapat ditingkatkan untuk lebih mensukseskan jalannya sistem KM.
Diharapkan dengan memanfaatkan knowledge management, usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan yang ada dapat lebih optimal. KM dapat meningkatkan produksi SDM dengan membagi knowledge yang dibutuhkan pegawai. Meningkatkan pemasaran dengan mengkaji ulang knowledge yang dimiliki perusahaan untuk merencanakan strategi yang baru.




 

DAFTAR PUSTAKA


Davenport, T. H. (1998). Working Knowledge: How Organization Manage What They Know.
Davidson, C. a. (2003). Knowledge Management, An Introduction to creating competitive advantage from intellectual capital. New Delhi: Vision Book.
Indonesia, P. R. (2003, Juni). Diambil kembali dari Nasional RE: http://www.Nasional RE.co.id/teprofil.php
Indonesia, P. R. (2004). Rencana Jangka Panjang PT Reasuransi Indonesia Tahun 2004-2008.
Nonaka, I. a. (1995). The Knowledge Creating Company: How Japanesse Companies Create The Dynamics In Innovation. Oxford University Press.
Tiwana, A. (2000). The Knowledge Management Tollkit. Prentice Hall PTR. Upper Saddle River, NJ 07458.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran

1.       a. Ciri-ciri model pembelajaran ·          Beberapa model tertentu ( model penelitian kelompok) dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis; ·          Memiliki tujuan atau misi pendidikan tertentu; ·          Dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif ( pada model berfikir induktif); ·          Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar dikelas; ·          Terdiri dari beberapa bagian (urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung) yang dapat digunakan oleh guru seagai pedoman praktis saat melaksanakan suatu model pembelajaran; ·          Model-model yang diterapkan dalam pembelajaran akan memberikan dampak, dampak tersebut berupa dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur) dan dampak pengiring (hasil belajar jangka panjang). b.   Empat jenis model pembelajaran berdasarkan teori 1. ` Model Interaksi Sosial, model

Makalah MEMERANKAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

MEMERANKAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Kapita Selekta TIK Di susun oleh : Hendro Setiadi Wiguna 0805526 JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 201 2 KATA PENGANTAR Alhamdulilah, atas ijin dan kehendak Allah swt. Kita telah Allah ciptakan dalam wujud manusia yang memiliki kelebihan dibanding  makhluk lainnya, selain itu kitapun bersukur karena kita terlahir kedunia dijaman setelah kerosulan Nabi Muhammad SAW, sehingga kita memeluk agama yang selamat yaitu Islam, lalu kitapun harus bersyukur bahwa  Allah telah menanamkan keimanan dalam dada kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang bersyukur serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. Amin Salawat  dan salam semoga selamanya senantiasa tercurahlimpahkan kepada panutan kita semua, Nabiyulloh Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umat pa