Langsung ke konten utama

Makalah MEMERANKAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL


MEMERANKAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Kapita Selekta TIK


Di susun oleh:
Hendro Setiadi Wiguna
0805526









JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, atas ijin dan kehendak Allah swt. Kita telah Allah ciptakan dalam wujud manusia yang memiliki kelebihan dibanding  makhluk lainnya, selain itu kitapun bersukur karena kita terlahir kedunia dijaman setelah kerosulan Nabi Muhammad SAW, sehingga kita memeluk agama yang selamat yaitu Islam, lalu kitapun harus bersyukur bahwa  Allah telah menanamkan keimanan dalam dada kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang bersyukur serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. Amin
Salawat  dan salam semoga selamanya senantiasa tercurahlimpahkan kepada panutan kita semua, Nabiyulloh Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umat pada umumnya semoga kita senantiasa semangat untuk memperjuangkan jejak langkahnya untuk menegakan hukum Allah di dunia ini. Dan kelak diakhirat mendapatkan safa’at darinya, amin.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya UAS Kapita Selekta ini rampung juga. Disini membahas tentang “MEMERANKAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL”.
Saya berharap ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca khususnya bagi para  insan pembelajar.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian dalam rangka perbaikan penulisan berikutnya.  
                                                                                       Bandung,  Januari  2012


                   Penyusun






                                                                            

BAB I

PENDAHULUAN


A.  LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut Robiyanto (2009)  menyatakan bahwa pembelajaran menjadi salah satu  masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang di ingatnya itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa akan kaya dengan teori tetapi sangat miskin dalam aplikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahya proses pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa baik secara eksternal maupun internal di identifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem. Masih ada guru yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi menuntut jawaban yang persis seperti yang guru jelaskan; dengan kata lain, siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.
Faktor-faktor yang bersifat internal, dari siswa itu sendiri, mencakup motivasi, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, dan kesenjangan belajar (learning gap). Motivasi yang rendah ditandai dengan cepatnya mereka merasa bosan, berekspektasi instan (quick yielding), sukar berkonsentrasi, tidak dapat mengatur waktu, dan malas mengerjakan pekerjaan rumah.
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi lemahnya pembelajaran adalah dengan membuat dan mengembangkan media penyampai materi atau media pembelajaran baik itu media utama maupun media pendukung. Dengan alasan tersebut guru dituntut untuk bisa berpikir kreatif menumpahkan pemikirannya ke dalam sebuah bentuk media. Media mempunyai peranan yang cukup besar dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu sistem yang mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Ditambahkan tentang permasalahan pembelajaran modul dan yang dibandingklan pembelajaran konvensional (buku teks).

B.  RUMUSAN MASALAH

Ada beberapa hal yang menurut penulis perlu diungkap secara mendalam mengenai pembahasan yang penulis susun ini, namun demikian dengan tujuan untuk membatasi permasalahan yang dibahas, maka penyusun membuat rumusan-rumusan berupa pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembahasan yaitu;
1.    Bagaimanakah aplikasi modul dalam pembelajaran individu?
2.    Bagaimana karakteristik modul dalam pembelajaran individu?
3.    Bagaimanakah kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman memerankan modul dalam pembelajaran individu?

C.  TUJUAN

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai efektivitas penggunaan modul terhadap pencapaian kompetensi dasar.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA


A.  Konsep Modul

1.    Pengertian

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008), modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para siswa-siswanya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

2.    Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya. Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belajar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut.
a)    Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
b)   Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/ instruktur.
c)    Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
d)   Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

B.  Modul sebagai Media Pembelajaran atau Bahan Ajar Cetak

1.    Fungsi Media Pembelajaran

a)    Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sabagai sarana bantu untuk membantu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
b)   Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c)    Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.
d)   Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.
e)    Media pembelajaran  bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
f)    Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

2.    Pembelajaran Menggunakan Modul

Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester.
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada siswa. Informasi yang disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dikemas sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar (teaching material). Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan adanya bahan ajar memungkinkan siswa mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar disusun dengan tujuan :
a)    membantu siswa dalam mempelajari sesuatu;
b)   menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar;
c)    memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta
d)   agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik.m Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran.
Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar mandiri. Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah perlunya mengoptimalkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran guru/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang semangat belajar, member peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajarnya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri. Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
a)    meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat;
b)   menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik;
c)    secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul;
d)   mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai siswa berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu siswa untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.
Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar siswa melalui kegiatan belajar mandiri. Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran siswa secara individual dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu siswa memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria siswa didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter,1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu :
a)    memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut,
b)   menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.
Adapun pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut.
a)    Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran.
b)   Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model pembelajaran kooperatif konstruktivistik.
c)    Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugastugas latihan yang terstruktur .
d)   Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feedback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya.
e)    Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagi hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

C.  Konsep Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005). Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004 dalam Damajati KD,2009)
Beberapa prinsip yang menjadi landasan definisi di atas, yaitu :
1)   Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa cirri utama proses pembelajaran adalah perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a)    Perubahan yang disadari. Individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, ketrampilannya telah bertambah, ia lebih yakin terhadap dirinya sendiri, dan sebagainya.
b)   Perubahan yang bersifat kontinue. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.
c)    Perubahan yang bersifat fungsional. Perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d)   Perubahan yang bersifat positif. Terjadi aanya pertambahan perubahan dalam diri individu. Perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang yang telah belajar akan merasakan sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.
e)    Perubahan yang bersifat aktif. Perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya, sesuatu dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam kematangan, perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada usaha pembelajaran.
f)    Perubahan yang bersifat permanen. Perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akanberada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan yang bersifat sementara, seperti sakit, keluar air mata karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin dsb adalah bukan perubahan sebagai hasil pembelajaran, karena bersifat sementara saja.
g)   Perubahan yang bertujuan dan terarah. Perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran, semua aktivitas terarah pada pencapaian suatu tujuan tertentu
2)   Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek peirlaku dan bukan hanya satu aspek atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, konatif dan motorik.
3)   Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi, selama proses pembelajaran itu berlangsung individu akan senantiasa berada dalam berbagai aktivitas yang tidak terlepas dari lingkungannya. Dengan demikian, suatu pembelajaran yang efektif adalah apabila pelajar-pelajar melakukan perilaku secara aktif.
4)   Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang hendak dicapai. Prinsip inti mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran terjadinya karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Atas dasar prinsip ini, maka pembelajaran akan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang perlu dicapai untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapati tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
5)   Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan bentuk interkasi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman pada situasi nyata. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran, pada dasarnya merupakan pengalaman. Ini berarti bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.



























BAB III

METODE PENULISAN/KAJIAN


Metode penulisan/kajian merupakan teknik atau cara yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Adapun metode penulisan/kajian yang digunakan dalam makalah ini yaitu studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Studi kepustakaan biasa disebut dengan studi bibliografis yaitu mengkaji teori-teori dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, artikel, dan sebagainya. Metode studi kepustakaan ini digunakan penulis untuk mengemukakan berbagai pendapat, konsep, asumsi dalam mendukung pemecahan masalah.

















BAB IV

PEMBAHASAN

A.      APLIKASI MODUL

Pembelajaran dengan modul, kali pertama di ujicobakan di Indonesia melalui Sekolah Pembangunan. Sekolah Pembangunan ini, dikembangkan melalui PPSP mulai tahun 1969. Pada saat ini, pembelajaran dengan modul , digunakan untuk UPBJJ-UT. Pembelajaran dengan modul merupakan bentuk pembelajaran individual. Di dalam menerapkan sistem modul, pendidik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut : 
a.    Menyediakan bahan-bahan bacaan alternatif pada berbagai tingkat kesukaran. 
b.    Menyediakan bermacam-macam topik untuk dipelajari oleh peserta didik.
c.    Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih topik-topik yang akan dipelajarinya.
d.   Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun tujuan pembelajaran. 
e.    Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dengan menggunakan atau sesuai dengan kebiasaan belajarnya.
f.     Mendorong peserta didik untuk mencari dan menemukan sumber-sumber informasi.
g.    Menyediakan bermacam-macam cara belajar.
h.    Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan kemampuannya.
i.      Menyediakan bantuan tutorial.
j.      Merencanakan dan melaksanakan pretes diagnostik untuk menentukan apa yang telah diketahui oleh peserta didik.
k.    Jika peserta didik ternyata telah menguasai suatu topik dalam pembelajaran, bebaskan ia dari pelajaran tersebut dan berikan alternatif topik untuk dipelajarinya.
l.      Mendorong peserta didik untuk memilih dan mengikuti topik-topik yang berhubungan dengan pelajarannya
m.  Menyediakan suplemen-suplemen dan proyek-proyek baru untuk diikuti oleh peserta didik.
n.    Mendorong peserta didik yang mengalami kesulitan belajar untuk berlatih dan dengan menggunakan metode-metode lainnya sehingga mereka dapat menemukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuannya.
o.    Menyediakan bermacam-macam bahan-bahan visual, dengar dan taktil sebagai alat bantu belajar.
p.    Menyediakan pengajaran remedial.
q.    Menyediakan tes akhir (post-test) untuk mengukur keberhasilan peserta didik.
Penerapan pembelajaran dengan sistem modul bertujuan untuk membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan dan caranya masing-masing. Modul juga menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran, seperti membaca buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah, karangan, gambar, foto, diagram, film, slide, mendengarkan audio-tape, mempelajari alat-alat demonstrasi, turut serta dalam proyek atau percobaan serta mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Selain itu modul dapat memberikan pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu pelajaran, serta memberi kesempatan kepada pesert didik untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya serta memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Keuntungan yang bisa diperoleh melalui pembelajaran dengan sistem modul antara lain (i) dapat memberikan balikan sesegera mungkin dan berkali-kali, (ii) mengutamakan prinsip belajar tuntas, (iii) memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, (iv) dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam belajar, (v) fleksibel, (vi) mengurangi rasa persaingan dan meningkatkan kerja sama, (vii) menyediakan program pengajaran remedial, (viii) dapat memberikan rasa puas pada peserta didik, (ix) menyediakan bantuan individual, (x) pengayaan dan (xi) mencegah kemubaziran dalam kegiatan belajar. 

B.       KARAKTERISTIK MODUL

Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut :
a)    Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus :
(1)     berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
(2)     berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil atau spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
(3)     menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;
(4)     menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya;
(5)     kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
(6)     menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
(7)     terdapat rangkuman materi pembelajaran;
(8)     terdapat instrumen penilaian atau assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan self assessment;
(9)     terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
(10) terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi; dan
(11) tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b)   Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
c)    Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
d)   Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
e)    User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Adapun ciri-ciri modul adalah sebagai berikut:
1)   Didahului oleh pernyataan sasaran belajar.
2)   Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif.
3)   Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.
4)   Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran.
5)   Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa
6)   Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

C.      Analisis SWOT

Strength (kekuatan)
a)    Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
b)   Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
c)    Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.
d)   Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
e)    Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.

Weakness (kelemahan)
a)  Interaksi antara pembelajar dan pebelajar berkurang sehingga perlu jadwal tatap muka atau kegiatan kelompok.
b)  Pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan karena itu perlu permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi.
c)  kemandirian yang bebas, menyebabkan pebelajar tidak disiplin dan menunda mengerjakan tugas karena itu perlu membangun kultur belajar dan batasan waktu.
d)  Perencanaan harus matang, memerlukan kerja sama tim, memerlukan dukungan fasilitas, media, sumber dan lainnya.
 e) Persiapan materi memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan metode ceramah.

Opportunities (kesempatan)
Kerja sama terjalin dan persaingan dapat diminimalisir, kerja sama dapat terjalin karena dengan modul persaingan dapat diminimalisir dan setiap peserta didik berusaha mencapai yang terbaik serta kerjasama juga terjalin antara pembelajar. Selain itu, pengembang modul ini juga berkeyakinan bahwa melalui instruksi atau strategi belajar berpasangan (in pairs) dan berkelompok, kerja sama dapat terjalin antar peserta didik.

Threats (Ancaman)
Globalisasi. Efek dari globalisasi adalah bahan ajar ini dapat hilang atau tidak bisa bertahan lama yang di tinggal oleh para insan pembelajar karena di zaman yang serba modern seperti ini segala sesuatunya sudah berbentuk digital, hal ini mengakibatkan pada pembuatan modul yang lebih kreatif dan mampu berbentuk digital sehingga lebih meningkatkan tingkat belajar pada siswa.




















BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dimana pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para siswa-siswanya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria siswa didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.

Rekomendasi
Menurut saya modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Sehingga memungkinkan terciptanya pembelajaran yang efektif  di kemudian hari.


BAB VI

DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Tenaga Kependidikan&Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen pendidikan nasional. (2008). Penulisan Modul. [Online]. Tersedia: http://lpmpjogja.diknas.go.id.

Direktorat Pendidikan Tinggi. (2009).  Peningkatan Kualitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/PKP-1.pdf.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum & Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran

1.       a. Ciri-ciri model pembelajaran ·          Beberapa model tertentu ( model penelitian kelompok) dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis; ·          Memiliki tujuan atau misi pendidikan tertentu; ·          Dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif ( pada model berfikir induktif); ·          Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar dikelas; ·          Terdiri dari beberapa bagian (urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung) yang dapat digunakan oleh guru seagai pedoman praktis saat melaksanakan suatu model pembelajaran; ·          Model-model yang diterapkan dalam pembelajaran akan memberikan dampak, dampak tersebut berupa dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur) dan dampak pengiring (hasil belajar jangka panjang). b.   Empat jenis model pembelajaran berdasarkan teori 1. ` Model Interaksi Sosial, model

Makalah Knowledge Management

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN REASURANSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah : Knowledge Management Disusun oleh : Hendro Setiadi Wiguna 0805526 JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 KATA PENGANTAR Alhamdulilah, atas ijin dan kehendak Allah swt. Kita telah Allah ciptakan dalam wujud manusia yang memiliki kelebihan dibanding  makhluk lainnya, selain itu kitapun bersukur karena kita terlahir kedunia dijaman setelah kerosulan Nabi Muhammad SAW, sehingga kita memeluk agama yang selamat yaitu Islam, lalu kitapun harus bersyukur bahwa  Allah telah menanamkan keimanan dalam dada kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang bersyukur serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. Amin Salawat  dan salam semoga selamanya senantiasa tercurah limpahkan kepada panutan kita semua, Nabiyulloh Muhammad SAW, kepada keluarga,