MEMERANKAN MODUL DALAM
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Diajukan
untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Kapita
Selekta TIK
Di susun oleh:
Hendro Setiadi Wiguna
0805526
JURUSAN KURIKULUM DAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, atas
ijin dan kehendak Allah swt. Kita telah Allah ciptakan dalam wujud manusia yang
memiliki kelebihan dibanding makhluk
lainnya, selain itu kitapun bersukur karena kita terlahir kedunia dijaman
setelah kerosulan Nabi Muhammad SAW, sehingga kita memeluk agama yang selamat
yaitu Islam, lalu kitapun harus bersyukur bahwa
Allah telah menanamkan keimanan dalam dada kita. Semoga kita senantiasa
menjadi orang-orang yang bersyukur serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan
didunia dan akhirat. Amin
Salawat dan salam semoga selamanya senantiasa
tercurahlimpahkan kepada panutan kita semua, Nabiyulloh Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat dan umat pada umumnya semoga kita senantiasa semangat untuk
memperjuangkan jejak langkahnya untuk menegakan hukum Allah di dunia ini. Dan
kelak diakhirat mendapatkan safa’at darinya, amin.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya UAS Kapita Selekta
ini rampung juga. Disini membahas tentang “MEMERANKAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL”.
Saya berharap ini
bisa bermanfaat bagi semua pembaca khususnya bagi para insan pembelajar.
Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sekalian dalam rangka perbaikan penulisan
berikutnya.
Bandung, Januari 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran merupakan proses yang
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut Robiyanto
(2009) menyatakan bahwa pembelajaran
menjadi salah satu masalah yang dihadapi
dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran
yang terjadi di sekolah. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih
banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa
untuk mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang di ingatnya
itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa akan
kaya dengan teori tetapi sangat miskin dalam aplikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahya proses pembelajaran. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa baik secara eksternal
maupun internal di identifikasikan sebagai
berikut. Faktor-faktor eksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media
dan teknologi, situasi belajar, dan sistem. Masih ada guru yang kurang
menguasai materi dan dalam mengevaluasi menuntut jawaban yang persis seperti
yang guru jelaskan; dengan kata lain, siswa tidak diberi peluang untuk berfikir
kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang
memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya (state of the
art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai
sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pelajaran dipandang
oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual.
Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara
optimal.
Faktor-faktor yang bersifat internal, dari siswa
itu sendiri, mencakup motivasi, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, dan
kesenjangan belajar (learning gap). Motivasi yang rendah ditandai dengan
cepatnya mereka merasa bosan, berekspektasi instan (quick yielding), sukar
berkonsentrasi, tidak dapat mengatur waktu, dan malas mengerjakan pekerjaan
rumah.
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi lemahnya
pembelajaran adalah dengan membuat dan mengembangkan media penyampai materi
atau media pembelajaran baik itu media utama maupun media pendukung. Dengan
alasan tersebut guru dituntut untuk bisa berpikir kreatif menumpahkan
pemikirannya ke dalam sebuah bentuk media. Media mempunyai peranan yang cukup
besar dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu sistem
yang mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi,
metode, media, dan evaluasi. Ditambahkan tentang permasalahan pembelajaran
modul dan yang dibandingklan pembelajaran konvensional (buku teks).
B.
RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa hal yang menurut
penulis perlu diungkap secara mendalam mengenai pembahasan yang penulis susun
ini, namun demikian dengan tujuan untuk membatasi permasalahan yang dibahas,
maka penyusun membuat rumusan-rumusan berupa pertanyaan-pertanyaan seputar
materi pembahasan yaitu;
1.
Bagaimanakah aplikasi modul dalam pembelajaran individu?
2.
Bagaimana
karakteristik modul dalam pembelajaran individu?
3.
Bagaimanakah
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman memerankan modul dalam pembelajaran
individu?
C. TUJUAN
Mengacu
pada rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk mengetahui gambaran mengenai efektivitas penggunaan modul terhadap
pencapaian kompetensi dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep
Modul
1.
Pengertian
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008), modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari
secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk
belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar
sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran
pengajar secara langsung.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat
dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media
untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk
belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa
kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya
yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa
pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada
siswa-siswanya.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat
dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media
untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk
belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa
kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya
yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa
pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada
siswa-siswanya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional
mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan
sesuatu kepada para siswa-siswanya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan
modul-modul ini.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kompleksitasnya.
2.
Fungsi dan Tujuan
Penulisan Modul
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran
yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi
pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan
penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya
untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan
prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Untuk merancang materi
pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh
pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran
terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep,
intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang
peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat
siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites,
dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas
pembelajaran mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti
tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini
ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul
haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu
para pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar
melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan
tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut
melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian
akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola
sajiannya, apalagi isinya. Modul mempunyai banyak arti
berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di
mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka
kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan
bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa
mengikuti pola belajar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan
modul memiliki tujuan sebagai berikut.
a)
Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbal.
b)
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik
siswa maupun guru/ instruktur.
c)
Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk
meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berin-
teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan
siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
d)
Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri
hasil belajarnya.
B. Modul
sebagai Media Pembelajaran atau Bahan Ajar Cetak
1.
Fungsi Media
Pembelajaran
a)
Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sabagai sarana bantu untuk membantu
mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
b)
Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran
sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling
berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar
yang diharapkan.
c)
Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini
mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat
kepada kompetensi dan bahan ajar.
d)
Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan,
dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk
permainan atau memancing perhatian siswa semata.
e)
Media pembelajaran
bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung
arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan
ajar lebih mudah dan lebih cepat.
f)
Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan
media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran
memiliki nilai yang tinggi.
2.
Pembelajaran
Menggunakan Modul
Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena
dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
(kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian
materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu
semester.
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi
yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada siswa. Informasi
yang disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman,
dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dikemas sebagai satu kesatuan yaitu
bahan ajar (teaching material). Bahan ajar merupakan seperangkat
materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok
utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan adanya bahan ajar memungkinkan siswa mempelajari
suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga
secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar
disusun dengan tujuan :
a)
membantu siswa dalam mempelajari sesuatu;
b)
menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar;
c)
memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta
d)
agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran
mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang
dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar
mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi
belajar peserta didik. Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu
mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa
kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri;
mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi
belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan
derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta
didik.m Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang
lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri
dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri
mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta
didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan
pembelajaran.
Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah
mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar
mandiri. Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah perlunya
mengoptimalkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang
lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran
guru/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan
menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang semangat
belajar, member peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajarnya,
memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa
yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan
modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri. Pembelajaran
menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
a)
meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui
tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi
masyarakat;
b)
menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik;
c)
secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara
bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul;
d)
mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai siswa
berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat
memutuskan dan membantu siswa untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan
remediasi.
Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi
keragaman kecepatan belajar siswa melalui kegiatan belajar mandiri. Pelaksanaan
pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran siswa secara individual
dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya
membantu siswa memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran,
melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika siswa
diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu
kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi
memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan
belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria siswa didukung oleh
pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk
belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami
petunjuk dalam modul.
Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik
di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul
(SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula,
seperti Individualized Study System, Self-pased study course,
dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter,1990). Masing-masing
bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda,
yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu :
a)
memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai
tugas pelajaran tersebut,
b)
menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam
batas-batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.
Adapun pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki
perencanaan kegiatan sebagai berikut.
a)
Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum
pembelajaran.
b)
Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model
pembelajaran kooperatif konstruktivistik.
c)
Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes
sumatif dan tugastugas latihan yang terstruktur .
d) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa
dikoreksi dan dikembalikan dengan feedback yang terstruktur paling
lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya.
e)
Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi
ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan
sebagi hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di
luar jam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa
pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju
konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
C. Konsep
Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005). Pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004 dalam Damajati KD,2009)
Beberapa
prinsip yang menjadi landasan definisi di atas, yaitu :
1)
Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini
mengandung makna bahwa cirri utama proses pembelajaran adalah perubahan
perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami
pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a)
Perubahan yang disadari. Individu yang melakukan proses pembelajaran
menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, ketrampilannya telah bertambah,
ia lebih yakin terhadap dirinya sendiri, dan sebagainya.
b)
Perubahan yang bersifat kontinue. Perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu perubahan
yang terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.
c)
Perubahan yang bersifat fungsional. Perubahan yang telah diperoleh
sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d)
Perubahan yang bersifat positif. Terjadi aanya pertambahan perubahan
dalam diri individu. Perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah sehingga
berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang yang telah belajar akan merasakan
sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.
e)
Perubahan yang bersifat aktif. Perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu. Perubahan yang terjadi
karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya,
sesuatu dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam kematangan, perubahan itu
akan terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada usaha pembelajaran.
f)
Perubahan yang bersifat permanen. Perubahan yang terjadi sebagai hasil
pembelajaran akanberada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya
untuk masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan yang bersifat sementara,
seperti sakit, keluar air mata karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin dsb
adalah bukan perubahan sebagai hasil pembelajaran, karena bersifat sementara
saja.
g)
Perubahan yang bertujuan dan terarah. Perubahan itu terjadi karena ada
sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran, semua aktivitas terarah
pada pencapaian suatu tujuan tertentu
2)
Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai
hasil pembelajaran meliputi semua aspek peirlaku dan bukan hanya satu aspek
atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek kognitif,
afektif, konatif dan motorik.
3)
Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung
makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan.
Di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis
dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu benda atau keadaan statis,
melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling
berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan interaksi individu dengan
lingkungannya. Jadi, selama proses pembelajaran itu berlangsung individu akan
senantiasa berada dalam berbagai aktivitas yang tidak terlepas dari
lingkungannya. Dengan demikian, suatu pembelajaran yang efektif adalah apabila
pelajar-pelajar melakukan perilaku secara aktif.
4)
Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan
ada sesuatu tujuan yang hendak dicapai. Prinsip inti mengandung makna bahwa
aktivitas pembelajaran terjadinya karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan,
dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Atas dasar prinsip ini, maka pembelajaran
akan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada
sesuatu yang perlu dicapai untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapati tujuan.
Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
5)
Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah
kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Pembelajaran
merupakan bentuk interkasi individu dengan lingkungannya sehingga banyak
memberikan pengalaman pada situasi nyata. Perubahan perilaku yang diperoleh
dari pembelajaran, pada dasarnya merupakan pengalaman. Ini berarti bahwa selama
individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan
yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.
BAB III
METODE PENULISAN/KAJIAN
Metode penulisan/kajian
merupakan teknik atau cara yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Adapun
metode penulisan/kajian yang digunakan dalam makalah ini yaitu studi
kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah
cara yang digunakan dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan sesuai dengan
permasalahan yang dikaji. Studi kepustakaan biasa disebut dengan studi
bibliografis yaitu mengkaji teori-teori dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, artikel, dan sebagainya. Metode studi kepustakaan ini digunakan penulis
untuk mengemukakan berbagai pendapat, konsep, asumsi dalam mendukung pemecahan
masalah.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. APLIKASI MODUL
Pembelajaran dengan modul, kali pertama di ujicobakan di
Indonesia melalui Sekolah Pembangunan. Sekolah Pembangunan ini, dikembangkan
melalui PPSP mulai tahun 1969. Pada saat ini, pembelajaran dengan modul ,
digunakan untuk UPBJJ-UT. Pembelajaran dengan modul merupakan bentuk
pembelajaran individual. Di dalam menerapkan sistem modul, pendidik hendaknya memperhatikan
hal-hal berikut :
a.
Menyediakan
bahan-bahan bacaan alternatif pada berbagai tingkat kesukaran.
b.
Menyediakan
bermacam-macam topik untuk dipelajari oleh peserta didik.
c.
Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk memilih topik-topik yang akan dipelajarinya.
d.
Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyusun tujuan pembelajaran.
e.
Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar dengan menggunakan atau sesuai dengan
kebiasaan belajarnya.
f.
Mendorong peserta
didik untuk mencari dan menemukan sumber-sumber informasi.
g.
Menyediakan
bermacam-macam cara belajar.
h.
Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan kemampuannya.
i.
Menyediakan bantuan
tutorial.
j.
Merencanakan dan
melaksanakan pretes diagnostik untuk menentukan apa yang telah diketahui oleh
peserta didik.
k.
Jika peserta didik
ternyata telah menguasai suatu topik dalam pembelajaran, bebaskan ia dari
pelajaran tersebut dan berikan alternatif topik untuk dipelajarinya.
l.
Mendorong peserta
didik untuk memilih dan mengikuti topik-topik yang berhubungan dengan
pelajarannya
m.
Menyediakan suplemen-suplemen dan proyek-proyek baru untuk
diikuti oleh peserta didik.
n.
Mendorong peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
untuk berlatih dan dengan menggunakan metode-metode lainnya sehingga mereka
dapat menemukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuannya.
o.
Menyediakan bermacam-macam bahan-bahan visual, dengar dan
taktil sebagai alat bantu belajar.
p.
Menyediakan pengajaran remedial.
q.
Menyediakan tes akhir (post-test) untuk mengukur
keberhasilan peserta didik.
Penerapan pembelajaran dengan sistem modul bertujuan untuk
membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan dan
caranya masing-masing. Modul juga menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran,
seperti membaca buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah, karangan, gambar,
foto, diagram, film, slide, mendengarkan audio-tape, mempelajari alat-alat
demonstrasi, turut serta dalam proyek atau percobaan serta mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler. Selain itu modul dapat memberikan pilihan dari sejumlah besar
topik dalam rangka suatu pelajaran, serta memberi kesempatan kepada pesert
didik untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya serta memperbaiki
kelemahan-kelemahannya. Keuntungan yang bisa
diperoleh melalui pembelajaran dengan sistem modul antara lain (i) dapat
memberikan balikan sesegera mungkin dan berkali-kali, (ii) mengutamakan prinsip
belajar tuntas, (iii) memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, (iv) dapat
menimbulkan motivasi yang kuat dalam belajar, (v) fleksibel, (vi) mengurangi rasa
persaingan dan meningkatkan kerja sama, (vii) menyediakan program pengajaran
remedial, (viii) dapat memberikan rasa puas pada peserta didik, (ix)
menyediakan bantuan individual, (x) pengayaan dan (xi) mencegah kemubaziran
dalam kegiatan belajar.
B. KARAKTERISTIK MODUL
Sebuah modul bisa
dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut :
a)
Self Instructional; yaitu melalui modul
tersebut seseorang atau siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional,
maka dalam modul harus :
(1)
berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
(2)
berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil atau
spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
(3)
menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
(4)
menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya;
(5)
kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana
atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
(6)
menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
(7)
terdapat rangkuman materi pembelajaran;
(8)
terdapat instrumen penilaian atau assessment, yang memungkinkan
penggunaan diklat melakukan self assessment;
(9)
terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau
mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
(10) terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga
penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi; dan
(11) tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi
yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b)
Self Contained; yaitu seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari
terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas,
karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan
dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
c)
Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu
modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan
modul, siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih
menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka
media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
d)
Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel
digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi
pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang
adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun
waktu tertentu.
e)
User Friendly; modul hendaknya bersahabat
dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana,
mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah
satu bentuk user friendly.
Adapun ciri-ciri
modul adalah sebagai berikut:
1)
Didahului oleh pernyataan sasaran belajar.
2)
Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat
menggiring partisipasi siswa secara aktif.
3)
Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.
4)
Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran.
5)
Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa
6)
Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.
C. Analisis
SWOT
Strength (kekuatan)
a)
Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas
pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
b)
Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada
modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka
belum berhasil.
c)
Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.
d)
Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
e)
Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut
jenjang akademik.
Weakness
(kelemahan)
a) Interaksi antara pembelajar dan pebelajar berkurang sehingga
perlu jadwal tatap muka atau kegiatan kelompok.
b) Pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan
karena itu perlu permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi.
c) kemandirian
yang bebas, menyebabkan pebelajar tidak disiplin dan menunda mengerjakan tugas
karena itu perlu membangun kultur belajar dan batasan waktu.
d) Perencanaan
harus matang, memerlukan kerja sama tim, memerlukan dukungan fasilitas, media,
sumber dan lainnya.
e) Persiapan materi memerlukan biaya yang lebih mahal bila
dibandingkan dengan metode ceramah.
Opportunities (kesempatan)
Kerja sama terjalin dan persaingan dapat diminimalisir, kerja sama dapat
terjalin karena dengan modul persaingan dapat diminimalisir dan
setiap peserta didik berusaha mencapai yang terbaik serta kerjasama juga
terjalin antara pembelajar. Selain itu, pengembang modul ini juga berkeyakinan
bahwa melalui instruksi atau strategi belajar berpasangan (in pairs) dan
berkelompok, kerja sama dapat terjalin antar peserta didik.
Threats
(Ancaman)
Globalisasi. Efek dari globalisasi adalah bahan ajar ini
dapat hilang atau tidak bisa bertahan lama yang di tinggal oleh para insan
pembelajar karena di zaman yang serba modern seperti ini segala sesuatunya
sudah berbentuk digital, hal ini mengakibatkan pada pembuatan modul yang lebih
kreatif dan mampu berbentuk digital sehingga lebih meningkatkan tingkat belajar
pada siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kompleksitasnya. Dimana pengajar tidak secara
langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para siswa-siswanya
dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.
Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini
diatur sehingga seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang
sedang memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya. Maka dari itulah, media ini
sering disebut bahan instruksional mandiri. Penggunaan modul didasarkan pada
fakta bahwa jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan
menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup
waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat
pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria
siswa didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi
ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran,
dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
Rekomendasi
Menurut
saya modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap
muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik
menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu
topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat
pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Sehingga
memungkinkan terciptanya pembelajaran yang efektif di kemudian hari.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tenaga Kependidikan&Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen pendidikan nasional. (2008). Penulisan Modul. [Online]. Tersedia: http://lpmpjogja.diknas.go.id.
Direktorat
Pendidikan Tinggi. (2009). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. [Online].
Tersedia : http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/PKP-1.pdf.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum & Teknologi
Pendidikan FIP UPI.
Komentar
Posting Komentar