1. a.
Ciri-ciri model pembelajaran
·
Beberapa model tertentu
( model penelitian kelompok) dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok
secara demokratis;
·
Memiliki tujuan atau
misi pendidikan tertentu;
·
Dirancang untuk
mengembangkan proses berfikir induktif ( pada model berfikir induktif);
·
Dapat digunakan sebagai
pedoman dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar dikelas;
·
Terdiri dari beberapa
bagian (urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip
reaksi, sistem sosial, sistem pendukung) yang dapat digunakan oleh guru seagai
pedoman praktis saat melaksanakan suatu model pembelajaran;
·
Model-model yang
diterapkan dalam pembelajaran akan memberikan dampak, dampak tersebut berupa
dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur) dan dampak pengiring (hasil
belajar jangka panjang).
b. Empat
jenis model pembelajaran berdasarkan teori
1. ` Model
Interaksi Sosial, model pembelajaran ini didasari oleh teori pembelajaran
Gestalt yaitu field-theory, model interaksi sosial ini menitik beratkan pada
hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat luas (learning to life
together), karena model ini didasari oleh teori pembelajaran Gestalt maka pokok
pandangan dari model ini adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan, maka dapat dikatakan bahwa
pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan
bagian-bagian.
2. Model
Pemrosesan Informasi, model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piagent)
dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/
menerima stimuli dari lingkungan (misalnya: mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep serta menggunakan simbol verbal dan visual). Pelopor
dari teori ini adalah Robert Gagne (1985). Beliau berasumsi bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkemangan. Pembelajaran merupakan
keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human
capitalities) yang terdiri dari : (1) informasi verbal; (2) kecakapan
intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; (5) kecakapan motorik. Strategi
dari model ini meliputi: mengajar induktif, latihan inquiry, inquiry keilmuan,
pembentukan konsep, model pengembangan, dan Advance Organizer Model.
3. Model
Personal (Personal Models), model ini bertitik tolak dari teori Humanistik,
yaitu teori yang berorientasi terhadap pengembangan diri individu, yang menjadi
perhatian utama dari teori ini adalah emosional siswa untuk mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi
siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi
secara efektif, model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan
keakuan. Teori ini berpendapat bahwa guru harus berupaya menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, agar siswa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya,
baik emosional maupun intelektual. Strategi pembelajaran dari teori ini adalah:
Pembelajaran nondirektif, latihan kesadaran, sinetik, sistem konseptual.
4. Model
Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral), model ini bertitik tolak dari teori
belajar behavioristik, yaitu betujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement), model ini lebih menekankan pada aspek
perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak bisa diamati lainnya,
karakteristik dari model ini berada dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus
dipelajari oleh siswa yang lebih efisien dan berurutan. Fase dalam model ini
ada empat, yaitu: fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI); penggunaan media;
pengajaran berprograma (liner dan branching); dan operant conditioning &
operant reinforcement. Implementasi dari model ini adalah meningkatkan
ketelitian dari pengucapan seorang anak. Sedangkan sang guru haruslah selalu
perhatian terhadap tingkah laku belajar dari murid-muridnya.
c. Tiga model
desain pembelajaran disertai dengan langkah-langkah pelaksanaannya
1. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional), model ini adalah suatu sistem instruksional yang menggunakan
pendekatan sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu, fungsi model ini adalah untuk
mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik
dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pelaksanaan
model ini adalah:
·
Merumuskan tujuan
pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran khusus yang berupa rumusan yang jelas
dan operasional mengenai kemampuan atau kompetemsi yang diharapkan dimiliki
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
·
Mengembangkan alat
evaluasi, yaitu tes yang dilakukan yang fungsinya untuk menilai sejauh mana
kemampuan siswa, pada model PPSI evaluasi dilakukan saat tujuan pembelajaran
khusus telah ditetapkan.
·
Menentukan kegiatan
belajar mengajar, yaitu kegiatan yang akan dilakukan agar tujuan yang
diinginkan tercapai, setelah kegiatan ditetapkan perlu dirumuskan pokok-pokok
mteri yang akan diberikan, sesuai dengan kegiatan yang telah ditetapkan.
·
Merencanakan program
kegiatan belajar mengajar, titik tolaknya adalah suatu pelajaran yang diambil
dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS-nya dan diberikan pada
kelas dalam semester tertentu. Pendekatan dan metode harus sesuai tujuan dan
materi yang telah ditetapkan, termasuk pelaksanaan evaluasi.
·
Pelaksanaan,
langkah-langkah dalam pelaksanaan program ini adalah mengadakan Pre-Test (tes
awal), menyampaikan materi pelajaran, mengadakan Pos-Test (test akhir).
2. Model Gerlach & Ely, model ini adalah model
yang melihat umpan balik dari siswanya setelah siswanya melakukan evaluasi.
Langkah-langkah pelaksanaan model ini adalah:
·
Spesifikasi isi pokok
bahasan (spesification of content);
·
Spesifikasi tujuan
pembelajaran (specification of objectives);
·
Pengumpulan dan
penyarinagan data tentang siswa (assessment of entering behaviors);
·
Penentuan cara
pendekatan, metode, dan teknik mengajar (determination of strategy);
·
Pengelompokan siswa
(organization of group);
·
Penyediaan waktu
(allocation of time);
·
Pengaturan ruangan
(allocation of space);
·
Pemilihan media/sumber
belajar (selection of resources);
·
Evaluasi (evaluation of
performance);
·
Analisis umpan balik
(analysis of feedback).
3. Model Jerold E. Kemp, model ini merupakan salah
satu model yang memperhatikan karakteristik peserta didiknya saat membuat
kurikulum, model ini sebelum memilih materi diadakan pre-test terlebih dahulu,
pre-test tersebut digunakan untuk mengetahui apakah siswa memenuhi persyaratan
atau tidak.
Langkah-langkah pelaksanaan model
ini adalah:
·
Mementukan tujuan
pembelajaran umum atau standar kompetensi dan kompetensi dasar, yaitu tujuan
yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran;
·
Membuat analisis
tentang karakteristik siswa, analisis ini dilakukan agar kita bisa mengetahui
segala sesuatu tentang siswa, seperti latar belakang pendidikan dan sosial
budaya siswa agar siswa tersebut dapat mengikuti program, juga langkah-langkah
yang akan diambil;
·
Menentukan tujuan
pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang spesifik, operasional dan
terukur, dengan demikian siswa akan tahu apa yang harus dipelajari, bagaimana
mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa siswa telah berhasil; dari segi guru,
rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan
bahan/materi yang sesuai;
·
Menentukan meteri/bahan
pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus;
·
Menentukan penjajakan
awal (pre-assessement) atau pre-test, dilakukan agar mengetahui apakah siswa
memenuhi persyaratan untuk mengikuti program pembelajaran, dan kegiatan ini
dapat digunakan untuk memilih materi yang perlu diajarkan pada siswa;
·
Menentukan startegi
belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
khusus (yaitu: efisiensi, keefektifan, ekonomis, dan kepraktisan) melalui suatu
analisis alternatif;
·
Koordinasi sarana
penunjang yang diperlukan meliputi: biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan
tenaga;
·
Mengadakan evaluasi,
untuk mengetahui sejauh mana program pembelajaran tercapai (dari sisi: siswa,
program pembelajaran, instrumen evaluasi, dan metode yang digunakan).
2. Empat
pola pembelajaran dilihat dari penggunaan media menurut Barry Mories
1.
Pola pembelajaran
tradisional pertama adalah pola pembelajaran dimana guru sebagai pusat dari
informasi, dalam pola guru memiliki peranan yang sangat besar dalam proses
pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar.
Contohnya:
Metode ceramah yang dilakukan guru saat kegiatan belajar mengajar, dimana guru
menerangkan pada siswa, sesuai dengan pengetahuan yang guru tersebut ketahui,
dan para siswanya mendengarkan apa yang guru jelaskan.
2.
Pola tradisional kedua
dalam proses pembelajaran sudah digunakan media sebagai alat bantu dalam
menyampaikan informasi kepada siswa, pada pola kedua ini guru sudah
memanfaatkan media sebagai alat untuk menyampaikan materi, misalnya guru
menggunakan OHP, Flowchart, Media Audio, proyektor dan lain-lain. Namun pada
pola ini guru masih dominan.
Contoh:
Guru menerangkan mata pelajaran TIK, metodenya ceramah hamper sama dengan pola
tradisional pertama, cuma bedanya guru menggunakan media dengan menunjukkan
gambar yang telah disiapkan oleh guru tersebut sebelumnya, gambar/slide
persentase tersebut ditunjukkan pada siswa menggunakan OHP atau proyektor dsb.
3.
Pola ketiga adalah pola
pembelajaran guru dan media, dalam hal ini guru menyampaikan materi kepada
siswa dengan didampingi media. Dalam pola ini presentase guru dan media adalah
50%.
Contoh:
guru menerangkan mata pelajaran TIK, dan guru tersebut sudah membuat presentasi
mata pelajaran TIK sebelumnya. Dan guru tersebut menunjukkan presentasinya
dengan proyektor. Hanya dalam pola ini guru tidak perlu terlalu menjelaskan
tidak seperti pola-pola sebelumnya.
4.
Pola keempat adalah
pola pembelajaran bermedia, pada pola ini guru tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa. Akan
tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media.
Contoh:
Pada mata pelajaran TIK guru memerintahkan para siswanya untuk membuat E-Mail,
lalu guru tersebut memberikan tugas pada siswanya dengan mengirimkan E-Mail,
dan siswa dapat menjawab pertanyaan dengan browsing di internet.
Menurut saya pola yang paling baik
berkenaan dengan penggunaan medianya adalah pola keempat karena disana guru
tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi siswa, siswa di
tuntut untuk mencari sendiri bahan-bahan pembelajaran melalui berbagai media.
3…..
4 Menurut
saya model yang cocok untuk pelaksanaan KTSP adalah model Pemrosesan Informasi,
karena jika kita lihat KTSP disusun dengan memperhatikan:
(1) Peningkatan Iman dan Takwa
serta Akhlak Mulia;
(2) Pengembangan Potensi, Kecerdasan, dan Minat
sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik;
(3) Keragaman Potensi dan
Karakteristik Daerah dan Lingkunganan;
(4) Tuntunan Pembangunan Daerah dan
Nasional;
(5) Tuntunan Dunia Kerja;
(6) Perkembangan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Seni;
(7) Agama;
(8) Dinamika Perkembangan Global;
(9) Persatuan Nasional dan
Nilai-nilai Kebangsaan;
(10) Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat Setempat;
(11) Kesetaraan Gender;
(12)
Karakteristik Satuan Pendidikan, dan dalam strategi pembelajaran model
Pemrosesan Informasi ada mengajar induktif yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir dan membentuk teori ini sangat sesuai pada acuan nomer (2) yaitu
Pengembangan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan
dan Kemampuan Peserta Didik, lalu ada latihan inquiry yang digunakan untuk
mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan ini sesuai dengan acuan
nomor (8) yaitu Dinamika Perkembangan Global dan nomor , jadi siswa bisa
menemukan informasi yang sesuai dan memang diperlukan saat terjadi dinamika
perkembangan global. Inquiry keilmuan pada strategi pemrosesan informasi yang
bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan
diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam dominan-dominan disiplin ilmu
lainnya, juga strategi pembentukan konsep yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir induktif, mengambangkan konsep, dan kemampuan analisis ini
sesuai dengan acuan nomor (5) yaitu Tuntunan Dunia Kerja, disini peserta didik
mendapatkan pengalaman sehingga saat dia bekerja dia sudah mendapatkan
pengalaman, selain itu saat si peserta didik bekerja dia dapat menggunakan
pemikirannya untuk mengembangkan konsep dan menganalisis pekerjaannya. Model
pengembangan yang ber tujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama
berfikir logis, aspek sosial, dan moral sangat sesuai dengan nomor (1) yaitu
Peningkatan Iman dan Takwa serta Akhlak Mulia, nomor (7) yaitu Agama ini sesuai
saat peserta didik mengembangkan intelegensi umum pada aspek moral, nomor (3)
yaitu Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkunganan, nomor (9)
yaitu Persatuan Nasional dan Nilai-nilai Kebangsaan, nomor (10) yaitu Kondisi
Sosial Budaya Masyarakat Setempat, dan nomor (11) yaitu Kesetaraan Gender ini
sesuai saat peserta didik mengembangkan intelegensi umum pada aspek sosial.
Strategi yang terakhir adalah Advance Organizer Model yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan
menghubungakan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna, ini sangat sesuai
dengan acuan nomor (4) yaitu Tuntunan Pembangunan Daerah dan Nasional, dengan
strategi ini tuntunan untuk pembangunan daerah dan nasional dapat dilaksanakan
sesuai dengan ilmu pengetahuan yanga ada. Juga sesuai dengan nomor (12) yaitu
Karakteristik Satuan Pendidikan dan nomor (6) yaitu Perkembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Seni.
5. Behavioristic
Behavioristic
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
Implikasi
dalam penerapan model pembelajaran
Bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Contructivistic
Menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan
itu apabila tidak lagi sesuai. Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Implikasi
dalam penerapan model pembelajaran.
Pendekatan
konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran top down daripada
bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah kompleks untuk
dipecahkan dan kemudian memecahkan atau menemukan (dengan bimbingan guru)
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Sedangkan pendekatan bottom-up
tradisional yang mana keterampilan-keterampilan dasar secara tahap demi tahap
dibangun menjadi keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. (Slavin, 1997
dalam Nur dan Retno,2000:7). Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam kelas yang
terpusat pada siswa peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep
atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau
mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
Gestalt
Gestalt
berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Implikasi
dalam penerapan model pembelajaran
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan
memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal
keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa
perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku
individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena
itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Kognitif
Teori
ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Implikasi
dalam penerapan model pembelajaran
Seorang
individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu.
Humanistik
Menurut
Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Implikasi
dalam penerapan model pembelajaran
Guru
Sebagai Fasilitator, penjelasan singkatnya:
1. Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
2. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
8. Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia
harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di
dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Komentar
Posting Komentar