LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
Di lain pihak guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang actual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Agar penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar berhasil baik hendaknya dipersiapkan secara saksama melalui tiga tahapan yakni tahapan persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam setiap tahapan di atas hendaknya dilibatkan guru dan siswa sehingga semua kegiatan belajar dan pemanfaatan lingkungan belajar menjadi tanggung jawab para siswa itu sendiri
Oleh sebab itu lingkungan disekitarnya harus dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar para siswa. Berbagai bidang studi yang dipelajari siswa di sekolah hampir bisa dipelajari dari lingkungan seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian, keterampilan, olah raga kesehatan, kependudukan, ekologi, dan lain-lain.
2. Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran
Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi pada dasarnya memvisualkan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu proses pembelajaran. Di lain pihak guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang actual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengn proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara mempelajarinya. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain:
a) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk dikelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
b) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
c) Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
d) Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.
e) Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.
f) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.
Oleh sebab itu lingkungan disekitarnya harus dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar para siswa. Berbagai bidang studi yang dipelajari siswa di sekolah hampir bisa dipelajari dari lingkungan seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian, keterampilan, olah raga kesehatan, kependudukan, ekologi, dan lain-lain.
Beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar. Misalnya:
a) Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan main-main. Kelemahan ini bisa diatasi dengan persiapan yang matang sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Misalnya menentukan tujuan belajar yang diharapkan dimiliki siswa, menentukan cara bagaimana siswa mempelajarinya, menentukan apa yang harus dipelajarinya, berapa lama dipelajari, cara memperoleh informasi, mencatat hasil yang diperoleh, dan lain-lain.
b)
c) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Ia lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam kelas atau pelajaran baik secara individual maupun kelompok dan satu diantaranya dapat dilakukan dengan mempelajari keadaan lingkungannya.
3. Teknik Menggunakan Lingkungan
Ada beberapa cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar.
Cara pertama dengan survey, yakni siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan pengajaran. Pengajaran yang dapat dilakukan untuk kegiatan survey terutama bidang studi ilmu sosial dan kemasyarakatan, seperti ekonomi, sejarah, kependudukan, hukum, sosiologi, antropologi, dan kesenian.
Cara kedua dengan kemping atau berkemah. Kemah memerlukan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dan lain-lain. Kemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, kimia, dan fisika. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk dibahas dan dipelajari bersama-sama.
Cara ketiga adalah field trip atau karyawisata. Dalam pengertian pendidikan karyawisata dalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncanakan objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari.
Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran misalnya museum untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi. Karyawisata disamping untuk kegiatan belajar sekaligus juga rekreasi yang mengandung nilai edukatif. Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau catur wulan dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang studi secara bersama-sama dan dibimbing oleh guru bidang studi yangn bersangkutan.
Cara keempat dengan praktek lapangan. Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus. Misalnya siswa SPG diterjunkan ke sekolah dasar untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa SMEA dikirimkan ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan, akuntansi dan lain-lain. Siswa STM diterjunkan ke pabrik-pabrik untuk melatih kemahirannya dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya. Dengan demikian praktek lapangan berkenaan dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah kejuruan.
Cara kelima melalui proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat. Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan kegiatan lain yang diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat mengandung manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat setempat. Bagi siswa merupakan penerapan atau mencoba melakukan kegiatan sehubungan dengan kecakapan belajarnya dalam bidang tertentu sedangkan bagi masyarakat dirasakan manfaatnya sebab secara langsung turut memperbaiki keadaan yang menjadi garapan masyarakat itu sendiri. Misalnya para siswa membantu memberikan pelayanan posyandu, perbaikan jembatan, jalan-jalan, kebersihan lingkungan, penyuluhan KB, dan lain-lain.
Cara keenam mengundang manusia sumber atau nara sumber. Berbeda dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan nara sumber merupakan kebalikannya. Jika pada cara sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, pada nara sumber mengundang tokoh masyarakat ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai keahliannya dihadapan para siswa. Misalnya mengundang dokter atau mantri kesehatan untuk menjelaskan berbagai penyakit, petugas keluarga berencana untuk menjelaskan keluarga kecil, petugas pertanian untuk menjelaskan cara bercocok tanam, dan lain-lain. Nara sumber yang diundang harus relevan dengan kebutuhan belajar sehingga apa yang diberikan oleh nara sumber dapat memperkaya materi yang diberikan guru disekolah. Kriteria nara sumber dilihat dari keahliannya dalam suatu bidang tertentu yang diperlukan bukan jabatannya atau kedudukannya.
Sebelum mengundang nara sumber hendaknya dipersiapkan topik apa yang diminta untuk dibahas, siapa yang paling tepat untuk membahasnya (nara sumber), kapan waktunya, bagaimana menghubunginya, serta apa yang harus dilakukan siswa pada waktunya (kegiatan belajar).
Enam cara yang dikemukakan diatas tidak hanya bermanfaat bagi proses belajar siswa namun lebih dari itu dapat digunakan sebagai media kerja sama sekolah dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarkat sangat penting dalam pendidikan agar memperoleh masukan-masukan bagi program pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat serta memperkaya lingkungan belajar para siswa di sekolah.
4. Jenis Lingkungan Belajar
Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, laingkungan alam dan lingkungan buatan.
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organsisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik. Sebagai contoh: Dalam Pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa diberi tugas untuk mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya. Siswa diminta untuk mempelajari jumlah penduduknya, jumlah keluarga, komposisi penduduk menurut umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, peserta KB, pertambahan penduduk dari tahun ke tahun dan lain-lain. Dalam studi ini siswa menghubungi ketua RT dan bertanya kepadanya, disamping melihat sendiri keadaan penduduk di RT tersebut. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dipelajari lebih lanjut. Kegiatan seperti ini dirugaskan kepada siswa dalam bentuk kelompok, agar mereka bekerja bersama-sama. Kelompok siswa lain mungkin ditugaskan untuk mempelajari struktur pemerintahan desa termasuk organisasi sosial yang ada di desa tersebut.
Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif sebab ia mengerahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-sumber yang nyata dan faktual.
b. Lingkungan Alam
Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dan lain-lain). Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.
Aspek-aspek lingkungan alam diatas dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-cara seperti telah dijelaskan sebelumnya. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya.
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran disekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh: Dalam rangka mempelajari IPA, siswa diminta mempelajari lingkungan alam ditempat tinggalnya. Siswa diminta mencatat dan mempelajari suhu udara, jenis tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan lingkungan, pencemaran dan lain-lain. Baik secara individual maupun kelompok para siswa akan melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, bertanya kepada orang lain, membuktikan sendiri atau mecobanya. Ia akan memperoleh sesuatu yang berharga dari kegiatan belajarnya yang mungkin tidak ditemukan dari pengalaman belajar di sekolah sehari-hari.
c. Lingkungan buatan
Disamping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertambangan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.
Ketiga lingkungan belajar diatas dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang saksama oleh para guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran bidang studi diluar jam pelajaran dalam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester, atau pertengahan semester. Teknis penggunaan lingkungan belajar hendaknya ditempatkan sebagai media maupun sebagai sumber belajar dalam hubungannya dengan materi bidang studi yang relevan. Dengan demikian lingkungan dapat berfungsi untuk memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.
5. Langkah dan Prosedur Penggunaan
Menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang saksama dari para guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tak terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yakni langkah persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
a. Langkah persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini, antara lain:
1) Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan di peroleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Misalnya siswa dapat menjelaskan proses kerja pembangkit listrik tenaga air. Atau siswa dapat menjelaskan struktur pemerintahan tingkat kecamatan. Siswa dapat mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan hewan di daerahnya.
2) Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi. Dalam menetapkan objek kunjungan tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan belajar, kemudahan menjangkaunya misalnya cukup dekat dan murah perjalanannya, tidak memerlukan waktu yang lama, tersedianya sumber-sumber belajar, keamanan bagi siswa dalam mempelajarinya serta memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari para siswa.
3) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misalnya mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses, bertanya atau wawancara dengan petugas dan apa yang harus ditanyakannya, melukiskan atau menggambarkan situasi baik berupa peta, sketsa dan lain-lain, kalau mungkin mencobanya dan kegiatan lain yang dianggap perlu. Disamping itu ada baiknya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok di beri tugas khusus dalam kegiatan belajarnya.
4) Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan. Misalnya membuat dan mengirimkan surat permohonan untuk mengunjungi objek tersebut agar mereka dapat mempersiapkannya. Dalam surat tersebut dijelaskan kegiatan belajar dan tujuan yang diharapkan dari kunjungan tersebut. Hal ini penting agar petugas di sana mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.
5) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib di perjalanan dan di tempat tujuan, perlengkapan belajar yang harus dibawa, menyusun pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil foto, transportasi yang digunakan, biaya, makanan atau perbekalan, perlengkapan P3K.
Persiapan tesebut dibuat guru bersama siswa pada waktu belajar bidang studi yang bersangkutan, atau dalam program akhir semester.
b. Langkah pelaksanaan
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya waktunya bisa lebih hemat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut. Setelah informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Dalam proses ini petugas memberi penjelasan berkenaan dengan cara kerja atau proses kerja, mekanismenya atau hal lain sesuai dengan objek yang dipelajarinya. Siswa bisa bertanya atau juga mempraktekan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.
Akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih kepada petugas dan pimpinan objek tersebut. Apabila objek kunjungan sifatnya bebas dan tak perlu ada petugas yang mendampinginya, seperti kemah, mempelajari lingkungan sosial, dan lain-lain, para siswa langsung mempelajari objek studi mencatat dan mengamatinya atau mengadakan wawancara dengan siapa saja yang menguasai persoalan.
c. Tindak lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar butir b) diatas adalah kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama.
Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut, di samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengn bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajarnya.
Memperhatikan uraian diatas dapat disimpulkan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar banyak manfaatnya baik dari segi motivasi belajar, aktivitas belajar siswa, kekayaan informasi yang diperoleh siswa, hubungan sosial siswa, pengenalan lingkungan, serta sikap dan apresiasi para siswa terhadap kondisi sosial yang ada disekitarnya.
Proses pengajaran yang mengoptimalkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dikenal dengan pendekatan ekologis. Dalam upaya pembaharuan kurikulum melalui kurikulum muatan lokal pendekatan lingkungan (ekologis) mutlak diperlukan sehingga lingkungan disekitarnya betul-betul menjadi tujuan dan sumber belajar para siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.
6. Kesimpulan
Lingkungan sebagai media dan sumber belajar para siswa dapat dioptimalkan dalam proses pengajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Prosedur belajar untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar ditempuh melalui beberapa cara antara lain survey, berkemah, karyawisata pendidikan, praktek lapangan, pelayanan pada masyarakat, manusia sumber (nara sumber).
Agar penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar berhasil baik hendaknya dipersiapkan secara saksama melalui tiga tahapan yakni tahapan persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam setiap tahapan di atas hendaknya dilibatkan guru dan siswa sehingga semua kegiatan belajar dan pemanfaatan lingkungan belajar menjadi tanggung jawab para siswa itu sendiri.
7. Kepustakaan
Sudjana, DR. Nana. dan Drs. Ahmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Cetakan keempat. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Komentar
Posting Komentar